30 June 2008

Mao dengerin Radio Indonesia??

Mao dengerin lagu-lagu indonesia lewat internet, tapi ngga mao download MP3 filenya? Dengerin aja lewat radio internet. Kalau anda punya internet DSL atau Cable, wah enak banget.

check aja disini:

http://www.shoutcast.com/

terus search: Indonesia atau Jakarta

Met dengerin deh...

for jazz lover

untuk yang suka jazz klik aja disini:

http://www.wartajazz.com/

Carrefour Hadir di Ciledug, Tangerang

Diangkat dari: http://www.propertynbank.com/

Mulai Juni 2007, Hypermarket Carrefour di CBD Ciledug sudah harus serah terima unit dan mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2007. Kehadiran Carrefour ini semakin memperkuat image CBD Ciledug sebagai ikon baru di kawasan tersebut. Melongok ke bagian barat Jakarta, daerah Tangerang merupakan salah satu wilayah paling menggeliat saat ini. Tingkat aktivitas bisnis di kawasan tersebut super sibuk. Pertandanya gampang, dapat terbaca dari tingginya tingkat kemacetan di wilayah itu. Merujuk pada survey Sitramp, daerah dengan aktivitas lalu lintas tersibuk di ibukota ini terkonsentrasi pada wilayah dengan tingkat aktivitas ekonomi paling tinggi.

Nah, salah satu daerah dengan tipikal seperti itu di wilayah Tangerang adalah kawasan Ciledug. Ciledug merupakan wilayah perlintasan kaum komuter (warga dipinggiran ibukota yang sehari-harinya bekerja di Jakarta). Padatnya arus kaum komuter itu berbuah kepada kemacetan, terutama pada jam-jam sibuk. Belum lagi ditambah populasi penduduk yang juga terbilang padat. Dengan tingkat populasi yang mencapai 105.000 jiwa, maka kepadatan Ciledug mencapai 11,700 jiwa per kilometer perseginya. Belum lagi kawasan sekitarnya yang juga tak kalah padatnya. Dengan tingkat kepadatan seperti itu tak heran jika puluhan pengembang perumahan menyerbu kawasan ini. Belum lagi kemunculan supermarket, toko swalayan dan pusat belanja kecil yang ikut mengadu keberuntungan.

Ciledug pun berubah menjadi sebuah kawasan sentra bisnisnya Tangerang. Namun, semakin padatnya kawasan ini juga memunculkan problema baru yaitu kemacetan disepanjang jalan HOS Cokroaminoto, yang merupakan jalan utama di Ciledug. Makanya, sebagai solusi kemacetan tersebut pemerintah kota (Pemkot) Tangerang akan membangun underpass sepanjang 350 meter di simpang Ciledug, mulai dari jalan Hasyim Ashari, Cipondoh menuju jalan HOS Cokroaminoto. Sejak awal tahun 2007 ini pembangunan konstruksi underpass itu sudah dimulai. Pemkot mentargetkan pada 2008, Underpass ini sudah mulai beroperasi untuk mengurangi kemacetan diwilayah tersebut. Meski kawasan Ciledug tergolong crowded arus lalu-lintasnya, namun geliat properti, bisnis dan perdagangan di kawasan ini seakan tidak pernah berhenti bertumbuh. Pembangunan properti terutama pusat bisnis seperti ruko atau mal seperti tidak pernah berhenti. Fenomena Ciledug, mematahkan argumen bahwa daerah macet dan crowded tidak begitu diminati atau dilirik konsumen. Sentra bisnis ini justru menyimpan segudang potensi bisnis. Buktinya tingkat acupancy ruko dan mal diwilayah ini mencapai 75 persen. Bisa jadi, pengembang dan konsumen memandang kemacetan ini sebagai problema sementara saja.

Jika underpass sudah mulai beroperasi, akses kawasan ini akan semakin ciamik, dan potensi propertinya akan makin melambung. Bagi mereka yang jeli, Ciledug tak ubahnya ceruk pasar yang punya segudang peluang emas untuk dikembangkan. Tak heran jika puluhan pengembang antusias menyerbu kawasan ini. Salah satu pengembang yang terjun di sentra bisnis Ciledug adalah PT Sari Indah Lestari. Tak tanggung-tanggung, PT Sari Indah Lestari membangun megaproyek dengan Central Business District (CBD) Ciledug diatas lahan seluas 10 hektar. Lokasinya sangat strategis di jantung bisnisnya Ciledug di jalan HOS Cokroaminoto. CBD Ciledug merupakan pusat perdagangan komersial dengan fasilitas terpadu.

Pusat niaga ini dikembangkan dengan kondep one stop shopping service. Boleh dibilang semua kebutuhan harian, keperluan usaha, perlengkapan bisnis dapat diperoleh disini. Dari total area seluas 10 hektar tersebut, sekitar tiga hektar dikembangkan menjadi kawasan perdagangan ritel yang terdiri dari mal dengan konsep trade centre dan hypermarket. Sedangkan sisa lahannya akan dibangun fasilitas pendukung serta rumah kantor dan rumah toko. Kehadiran CBD Ciledug mempunyai nilai strategis tersendiri. Pengembangnya, jeli betul menangkap peluang dan potensi kawasan yang belum dugarap pengembang lain. Semua tahu, Ciledug dan sekitarnya adalah kawasan yang padat penduduk. Tapi, sayangnya belum ada pusat perbelanjaan besar yang menopang kebutuhan masyarakat di kawasan itu. Penduduk yang tinggal didaerah tersebut harus berjalan jauh untuk mencapai pusat belanja. Mal yang ada jaraknya paling dekat dengan kawasan itu ada di daerah Kebon Jeruk. Hal inilah yang menambah nilai strategis kehadiran CBD Ciledug. Dengan adanya Mal CBD Ciledug tidak perlu pergi jauh lagi untuk berbelanja kebutuhan harian, keperluan usaha maupun perlengkapan bisnis. Tinggal ke CBD Ciledug saja, semua tersedia. Apalagi dengan hadirnya pebisnis ritel kelas kakap asal Perancis, Carrefour.

Kehadiran Hypermarket Carrefour ini semakin mengukuhkan brand CBD Ciledug sebagai ikon baru bagi kawasan Ciledug, Tangerang dan sekitarnya. Bicara pembangunannya, pengembang saat ini tengah mengejar tenggat sesuai deadline mereka. ”Pembangunan berjalan cepat dan sesuai rencana,” kata Gustamira Bahar Direktur PT. Sari Indah Lestari. Mal CBD Ciledug yang terdiri dari empat lantai termasuk parkir ini nantinya akan diisi oleh 1.536 unit kios. Lower ground floor diperuntukkan untuk kios yang menjual emas, perhiasan, pakaian dan aksesoris. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp.300 jutaan hingga Rp.650 jutaan. Sedangkan, ground floor diperuntukkan bagi produk fashion, babyshop, sepatu, optik dan tekstil. Harga unit disini ditawarkan mulai dari Rp.226 juta hingga Rp.500 jutaan. Sedangkan unit kios pada first floor diperuntukkan bagi produk elektronik, handphone, house hole, dan photo. Harga unit disini berkisar Rp.100 juta hingga Rp 350 jutaan. Sementara itu untuk second floor yang diperuntukkan bagi food court, entertaiment, bookstore dan salon per unit ditawarkan berkisar Rp.150 juta hingga Rp.260 jutaan. Sementara itu, hypermarket Carrefour akan menempati lahan seluas 10.856 m2 di lantai satu dan dua. ”Dari keseluruhan kios yang kami pasarkan ini sudah 60 persen sudah terjual,” papar Gustamira.

Pengembang membagi pembangunan mal ini dalam dua tahap. Lahan seluas 20.000 m2 pada tahap pertama sekarang tengah digarap. Rencananya, pada September 2007, pembangunan sudah selesai dan akan dillakukan soft opening. Sedangkan pembangunan mal tahap kedua, sudah dimulai sejak Desember 2006. pembangunan tahap kedua saat ini difokuskan untuk merampungkan area dua lantai buat tenant terbesar mereka, Carrefour. Ditargetkan soft opening-nya berbarengan dengan mal tahap satu. Selain area perdagangan ritel, di CBD Ciledug juga akan dibangun 368 unit ruko. Dari jumlah itu, pengembang sudah merampungkan 100 unit dimana 60 persennya sudah terjual. Bukan itu saja, nantinya di CBD Ciledug ini juga akan dilengkapi dengan hotel berbintang, town houses dan apartemen. Melihat cetak biru pembangunan CBD Ciledug, akan menjadi pusat perbelanjaan yang mudah diakses.

Saat ini CBD Ciledug telah didukung oleh jalan tembus baru yang menghubungkan jalan Ciledug Raya dan jalan Karang Tengah. Malah, jalan ini membelah area CBD Ciledug. Melihat lebar jalannya yang mencapai 27 meter, jalan ini mampu mendukung perkembangan Ciledug puluhan tahun ke depan. Sebagai kawasan dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat dan dengan dukungan infrastruktur seperti ini tak salah jika banyak pihak menilai CBD Ciledug akan menjadi ikon baru sekaligus pendorong pertumbuhan perdagangan bagi kawasan Ciledug, Tangerang dan sekitarnya.

Promosinya Hotel Le Grandeur

Hotel ini dekat dengan Grosiran Mangga Dua dan Kota. Bagi anda yang suka belanja mungkin sekali sebulan atau sekali setahun dari kota-kota luar pulau jawa, hotel ini dekat dengan pusat perbelanjaan grosiran. Selamat belanja !

The Dharmawangsa Hotel, Jakarta

The Dharmawangsa Hotel, Jakarta was born out of the dream to create a hotel property that would complement the residential area of Kebayoran Baru in terms of architecture, scale and utility. It needed to fit in style and philosophy to its environment; to be uniquely Indonesian in character. This property would exemplify the Indonesian aspiration to be thoroughly modern but very Indonesian at the same time. Key elements guided every aspect: Luxury expressed by understated elegance, grandness expressed by humility of the spirit and, the carefully thought out facets of scale and balance. The result is in the freshness that blossoms spontaneously and a thorough absence of pretensions.

The architecture was thus conceived as a new and contemporary interpretation of 1950s Kebayoran Baru, which in turn was, at that period, an interpretation of 1920s Jakarta. Here, is a matched set of buildings that are indigenous to the site. Together they form a tropical oasis of green and alabaster; a far cry from the chaos of commercial and westernized Jakarta yet only 10 minutes away from its financial hub. The scale employed throughout is of residential proportion, not at all like a city hotel, the organization of spaces totally domestic.

Dharmawangsa was an 11th century Hindu King from East Java. It was he who laid the foundations of the great empire of Majapahit, credited with ushering in the Golden Age of Java. This was when the country gloried in political prowess, civilization, art and culture.

The interior design of The Dharmawangsa is a tribute to the extraordinary artistic achievements of Majapahit culture. The designers in the decorative wall lights and ceiling fixtures reinterpret Surya Majapahit, a recurring theme used by virtually all tribes throughout the Indonesian archipelago. It reappears in the shape of the successive yellow marble disks inserted in the floor to reflect the progress of the Surya (a Sanskrit word for the sun) across the sky and more subtly in the design of carpets, furnishings and decorations.

Against the grand scale of the Lounges of The Dharmawangsa emphasized by the designers with cornice designs of ethnic patterns, silk panels of subdued colors in one room and rich vibrant hues in another, are ordinary domestic artifacts. Contrasting in context but all equally important and equally grand in their ordinariness.

The choice of the name was not by serendipity although the hotel happens to be located near Dharmawangsa Street. For just as King Dharmawangsa laid the foundation to the great Empire of Majapahit, so too is The Dharmawangsa designed by all who were involved in this project, to highlight the great future of Indonesia and perhaps the beginning of a new Golden Period.

From the very moment of its conception, The Dharmawangsa is designed to allow the artful mixture of business and pleasure at the highest standard of Indonesian hospitality. This design concept is a reflection of the developers interpretation in addressing the needs of the most discerning and discriminating business traveler.

Active interaction between owners Bina Puri Lestari, represented by Reni Dahlan and Zulfitri, and a young Malaysian architect named Cheong Yew Kuan, produced the design criteria and a solid conceptual product. Bina Puri Lestari then engaged Don Sandy from Sandy Babcock International of San Francisco and Miami to transform the concept into a master plan and basic architectural design.

Jasin Tedjasukmana an expert in Dutch Colonial style architecture was then engaged to create the final product. For the hotel, he opted for a design both distinguished and breathtakingly beautiful in terms of art and space. Jaya Ibrahim, a prominent interior designer, was next appointed to deliver a contemporary product of traditional design in the spirit of Indonesia: sequence, shape, color and space, intertwined with art, and set amidst the fragrance of the tropical gardens and sounds of flowing water, the ultimate symbol of prosperity.

The most important objective of the development was to deliver a residential feel within the property. The whole atmosphere and setting needed to be consistent with how Indonesians live and work today: the unique quality of life, comfort and expectations. As in traditional houses, there is a distinctive sequence in the design of the hotel interior, starting from the composition of linked spaces: a front verandah, a central room and a back verandah. Each possessing its own specific volume and special character. All three formed as a complete singular entity.

29 June 2008

Tentang UNGU band

UNGU? Kenapa?Kenapa tidak? Itu jawaban kita sewaktu ditanya oleh orang-orang di sekitar kita. Nama UNGU sendiri kita sebutkan secara tiba-tiba ketika ditanya oleh seorang MC di sebuah event. Kita ingin orang-orang mengingat dengan mudah dan cepat menempel di otak, jadilah kami memberi nama band ini UNGU!

Awalnya UNGU?UNGU terbentuk dengan sendirinya. Awalnya kita dari band yang berbeda, kebetulan sering latihan di studio yang sama dan akhirnya nge-jam bareng. Tidak hanya di studio, konsep nge-jam bareng ini dibawa juga ke panggung-panggung kecil sampai ke acara pensi sekolah di sekitar Tebet. Disitulah kita menemukan nama UNGU.

Bongkar pasang personil?Mungkin tidak bisa dibilang bongkar pasang personil…. Hanya saja memang waktu itu personil UNGU berasal dari band yang berbeda-beda, jadi tidak heran kalau pada akhirnya mereka kembali lagi ke band asalnya. Barulah pada tahun 2000, UNGU punya personil tetap yaitu PASHA (vokal), ENDA (gitar), MAKKI (bass) dan ROWMAN (drum). ONCY (gitar) baru bergabung dengan UNGU setelah album pertama kita dirilis di tahun 2002.
LAGUKU, album perdana UNGU?LAGUKU adalah album pertama UNGU yang dirilis tanggal 6 Juli 2002. Tapi sebelumnya, UNGU ikut mengisi 2 lagu di album kompilasi KLIK bersama Lakuna, Borneo, Piknik dan Energy. 2 lagu tersebut adalah Hasrat dan Bunga. 2 lagu ini pula lah yang kemudian memicu semangat UNGU untuk memiliki album sendiri.

Semua lagu diciptakan sendiri?Dari awal UNGU naik panggung, kita selalu membawakan lagu-lagu yang diciptakan sendiri. Beruntung kita produktif dalam menciptakan lagu. Dan kita senang karena lagu-lagu yang kita ciptakan ternyata mampu diterima di telinga pendengarnya.
Setelah album LAGUKU?Nggak nyangka! Pertama kita senang karena akhirnya punya album. Kedua karena single pertama “BAYANG SEMU” menjadi ost. sinetron ABG yang pada waktu itu tayang di RCTI mampu membawa UNGU berkeliling ke berbagai kota di Indonesia. Sepanjang tahun itu, UNGU tampil di hampir 100 panggung!

Lalu?Kita mulai memikirkan album kedua. Materi album kedua mulai kita kumpulkan selama perjalanan tour ke seluruh Indonesia. Berat memang, kadang jenuh, apalagi ternyata deadline semakin dekat. Jadi lah UNGU bikin lagu dimana saja kita bisa. Di bis, pesawat, kapal, sepanjang perjalanan kita usahakan untuk menciptakan lagu.
Jadi kapan album kedua dirilis?Judulnya kejar tayang… Album kedua dikerjakan dalam waktu yang lumayan singkat, cukup 3 minggu. Kerja keras memang, sering tidur di studio Hijau, telat makan karena ngejar jadwal take, tapi semua itu terbayar dengan selesainya album kedua kita, TEMPAT TERINDAH yang kemudian dirilis di awal tahun 2004.

Seru?Sudah tentu… untuk membuat video klip dari single pertama kita “KARENA DIA KAMU” aja UNGU sampai rela ditangkap polisi karena membuat macet jalan protokol. Kenapa? Karena di video klip tersebut, UNGU main di atas trailer panjang yang berjalan mulai dari jalan thamrin, sudirman, semanggi sampai ke daerah senen… bisa dibayangkan betapa macetnya jalan hari itu hehehehe…. ?
Album kompilasi?Diantara promo album kedua dan show di berbagai kota, UNGU juga menyempatkan diri untuk menciptakan dan menyanyikan lagu di luar album kita. Contohnya kita ikut menyumbangkan lagu “CIUMAN PERTAMA” untuk ost Buruan Cium Gue yang akhirnya harus ditarik dari peredaran. Kemudian UNGU juga mengaransemen ulang lagu “BIMBI” milik tante Titiek Puspa. Terakhir, UNGU dipercaya om Chrisye untuk menciptakan dan berduet di lagu “Cinta Yang Lain”.

Sempet mau bubar?Hahahaha….. berantem sampai nggak saling komunikasi, sudah pernah kita jalani. Tapi justru hal-hal seperti itu yang membuat UNGU semakin kuat dan semakin erat juga semakin mengenal satu sama lain. Isu bubar yang beredar waktu itu, justru membuat kami ingin membuktikan kekuatan UNGU dengan album ketiga.

Jadi?Yaa… Dirilis lah album ketiga “MELAYANG” di awal Desember tahun 2005. Dengan gambar sayap pesawat di cover album, UNGU ingin bisa terbang dan menerbangkan semua keinginan, cita-cita dan harapan kita berlima juga penikmat lagu UNGU.
Prestasi?Album MELAYANG jadi salah satu pencapaian UNGU yang terbesar saat ini. Dengan pencapaian itu, UNGU punya target yang lebih besar lagi. Kekuatan lagu dan lirik “DEMI WAKTU” membuat album ini meraih Platinum Award di bulan pertama penjualannya. Padahal kami baru menerima Platinum Award untuk album “LAGUKU” setelah hampir 2 tahun album tersebut dirilis. Tidak lama setelah itu, UNGU kembali menerima Double Platinum Award untuk album MELAYANG. WOW! Kejutan yang menyenangkan buat kami berlima.
Merambah pasar asia?Sebelum album MELAYANG dirilis, sudah ada 4 perusahaan rekaman dari Malaysia yang ingin mengedarkan album ini di negara jiran tersebut. Kebanggaan tersendiri buat UNGU karena akhirnya album Melayang juga dirilis di Malaysia awal Maret 2006. Dan ternyata sambutannya luar biasa...

Setelah ini…?Saat ini UNGU sedang melakukan show di berbagai kota di Indonesia. Di sela-sela waktu, kami sedang mengumpulkan dan melakukan rekaman untuk album religi. Ini adalah yang pertama buat UNGU, semoga hasilnya memuaskan...

dari: http://www.unguband.com/

Selamat Menikmati!
Ungu

So, You Want To Visit Jakarta?

Jakarta has been in the news quite often lately, but certainly not for the tourist sights. When political chaos reigns the streets can be packed with protestors and idealists fighting the corrupt political system. Once things cool down, expats can show their faces again. To most travelers, Jakarta as a starting or ending point of their trip. However, Jakarta is one of the most exciting night-life cities in the world. Although Jakarta itself doesn't have many "sights" to offer, it is the lively commercial centre of Java. In addition to several museums, the heart of the old Dutch town at 'Taman Fatahillah'. National Monument or known by locals at Monumen Nasional [Monas] and National Museum or Museum gajah nearby Merdeka Square. Sunda Kelapa, is the old harbour from which merchantmen from all over the world come and go. Take a weekend charter to Anak Krakatoa, and compare it to Captain Cook's 1773 description. The night-time southern sky is not something you will soon forget. Indonesia is a wonderful country with beautiful, friendly people. It is a wonderful mixture of beauty and chaos that you will either love, or hate. The rice paddies, volcanos, small villages and ocean beaches are incomparable in this world.
[from world66.com, ukirsari)

For many travellers, Jakarta is just a 'pass through' city. Either you arrive here to take a boat to one of the other islands or you wait for your departure from the Soekarno-Hatta Airport. It is true indeed that Jakarta does not have to offer that many 'sights'. However, still enough to make a few days' stay in Jakarta more interesting than only a visit to the touristy Jalan Jaksa area. There are a few museums you can explore on a monsoon day. When you see 'Taman Fatillah', you might feel the beat of the old Dutch colonial heart again....
[from world66.com]

Cathedral Church

Across the road from the Mesjid Istiqlal Mosque you’ll find the St Mary’s Cathedral, known today by the locals as “Kathedral”. The nice thing about the presence of the Cathedral here is that it really is within a stones-throw of the Istiqlal Mosque as a symbol of religious unity within the country. The Cathedral was originally built in 1810 at this spot but had to be rebuilt after it was burnt to the ground in 1826. The second Cathedral was then finished in 1830 and in 1882 the two towers were added to the front before it was again reduced to ruin in 1890. The following year the rebuilding started again, but faltered several times before it was finally completed in its current form in 1901. [from realdestination.com]

28 June 2008

Vote for Better Government, Barack Obama

For you Indonesian-Americans, please vote for Barack Obama for better relationship between Indonesia and the US. Here a short story of Barack Obama taken from http://www.barackobama.com/. Please vote on November 4, 2008.

Meet Barack

Early Years

Barack Obama was born in Hawaii on August 4th, 1961. His father, Barack Obama Sr., was born and raised in a small village in Kenya, where he grew up herding goats with his own father, who was a domestic servant to the British.
Barack's mother, Ann Dunham, grew up in small-town Kansas. Her father worked on oil rigs during the Depression, and then signed up for World War II after Pearl Harbor, where he marched across Europe in Patton's army. Her mother went to work on a bomber assembly line, and after the war, they studied on the G.I. Bill, bought a house through the Federal Housing Program, and moved west to Hawaii.
It was there, at the University of Hawaii, where Barack's parents met. His mother was a student there, and his father had won a scholarship that allowed him to leave Kenya and pursue his dreams in America.
Barack's father eventually returned to Kenya, and Barack grew up with his mother in Hawaii, and for a few years in Indonesia. Later, he moved to New York, where he graduated from Columbia University in 1983.

The College Years

Remembering the values of empathy and service that his mother taught him, Barack put law school and corporate life on hold after college and moved to Chicago in 1985, where he became a community organizer with a church-based group seeking to improve living conditions in poor neighborhoods plagued with crime and high unemployment.
The group had some success, but Barack had come to realize that in order to truly improve the lives of people in that community and other communities, it would take not just a change at the local level, but a change in our laws and in our politics.
He went on to earn his law degree from Harvard in 1991, where he became the first African-American president of the Harvard Law Review. Soon after, he returned to Chicago to practice as a civil rights lawyer and teach constitutional law. Finally, his advocacy work led him to run for the Illinois State Senate, where he served for eight years. In 2004, he became the third African American since Reconstruction to be elected to the U.S. Senate.

Political Career

It has been the rich and varied experiences of Barack Obama's life - growing up in different places with people who had differing ideas - that have animated his political journey. Amid the partisanship and bickering of today's public debate, he still believes in the ability to unite people around a politics of purpose - a politics that puts solving the challenges of everyday Americans ahead of partisan calculation and political gain.
In the Illinois State Senate, this meant working with both Democrats and Republicans to help working families get ahead by creating programs like the state Earned Income Tax Credit, which in three years provided over $100 million in tax cuts to families across the state. He also pushed through an expansion of early childhood education, and after a number of inmates on death row were found innocent, Senator Obama worked with law enforcement officials to require the videotaping of interrogations and confessions in all capital cases.
In the U.S. Senate, he has focused on tackling the challenges of a globalized, 21st century world with fresh thinking and a politics that no longer settles for the lowest common denominator. His first law was passed with Republican Tom Coburn, a measure to rebuild trust in government by allowing every American to go online and see how and where every dime of their tax dollars is spent. He has also been the lead voice in championing ethics reform that would root out Jack Abramoff-style corruption in Congress.
As a member of the Veterans' Affairs Committee, Senator Obama has fought to help Illinois veterans get the disability pay they were promised, while working to prepare the VA for the return of the thousands of veterans who will need care after Iraq and Afghanistan. Recognizing the terrorist threat posed by weapons of mass destruction, he traveled to Russia with Republican Dick Lugar to begin a new generation of non-proliferation efforts designed to find and secure deadly weapons around the world. And knowing the threat we face to our economy and our security from America's addiction to oil, he's working to bring auto companies, unions, farmers, businesses and politicians of both parties together to promote the greater use of alternative fuels and higher fuel standards in our cars.
Whether it's the poverty exposed by Katrina, the genocide in Darfur, or the role of faith in our politics, Barack Obama continues to speak out on the issues that will define America in the 21st century. But above all his accomplishments and experiences, he is most proud and grateful for his family. His wife, Michelle, and his two daughters, Malia, 9, and Sasha, 7, live on Chicago's South Side.

7 Keajaiban Dunia, Pilih Indonesia dong

Pilih Indonesia Dong ada 3 pilihan neeeeeh
> > Ayo buktikan Nasionalisme kita sekalian menyambut tahun kebangkitan nasional.
> >
> > Pemilihan 7 keajaiban milik dunia kembali digelar, berbeda dengan kriteria sebelumnya dengan keajaiban yang dibuat secara sengaja oleh manusia dalam bentuk bangunan,
> >
> > kali ini panitia mengajak dunia untuk memilih 7 keajaibanbaru milik dunia yang bukan dari buatan manusia.
> >
> > Sudah terpilih sebanyak 77 tempat di seluruh dunia dari berbagai kategori,dan Indonesia mengajukan atau setidaknya sudah terpilih sebanyak 3 tempateksotik, antara lain:
> >
> > 1. Komodo National Park
> > 2. Krakatau, Volcanic Island
> > 3. Lake Toba Voting
> >
> > dilakukan melalui internet, dengan batas waktu sampai akhir 2008!
> >
> > VOTE for INDONESIA : http://www.new7wonders.com atau http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees/
> >
> > Catatan:
> >
> > Indonesia mungkin akan kalah dari negara lain, bahkan negara kecil yangmengajukan tempat yang tidak terlalu menarik, hanya karena negara tersebutlebih melek internet ( Singapore contohnya, yang mengajukan Bukit TimahNature Reserve).
> >
> > Dan yg lebih menyedihkan lagi, pulau Sipadan juga termasukdlm nominee yg diajukan oleh Malaysia.
> >
> > Brazil misalnya, pemerintahnya menyediakan fasilitas gratis untukmasyarakatnya yang tidak punya akses internet agar bisa ikut memilih untuknegaranya.
> >
> > Karena itu, ayo bantu sebarkan informasi dan ajakan ini